Oleh: Wilis Palupi
Melaksanakan niat baik ternyata tidak selamanya harus diakhiri dengan pujian. Bahkan sering kali berujung cacian bahkan tabokan. Itulah nasib yang dialami Jon Koplobeberapa waktu lalu. Niatnya nulung tapi yang ditulung malah nyaris klenger.
Siang itu Jon Koplo dan Tom Gembus, dua sekawan mahasiswa sebuah PTN di Kota bengawan sedang asyik ngobrol di kampus.Mereka sama-sama satu angkatan, sama-sama angkatan tua dan kebetulan sama-sama sedang sibuk-sibuknya ngurusi tugas akhir. Karena itu mereka jadi semakin sering terlihat runtang runtung bareng di kampus. Saat mereka asyik bercengkrama datanglah Lady Cempluk dengan sepeda motor honda plethuk merahnya yang langsung di parkir di pojok gedung kampus.
Walaupun sempat diingatkan Jon koplo untuk memarkirnya di tempat parkir kampus, Lady Cempluk dengan santai menjawab ‘Wes kene wae Plo, sopo sing gelem sing nnyolong motor elek’. ‘Yo wes up to you’ kata Jon Koplo tak kalah santainya. Mulanya Lady Cempluk memang terlihat wira wiri di sekitar tempat itu dengan menenteng beberapa map bahkan sempat ikut pula nimbrung ngobrol bareng Jon Koplo dan Tom gembus. Tapi belakangan Lady Cempluk dan Tom gembus pergi bareng dan lama tidak kelihatan lagi batang hidung keduanya. Maklum saat itu keduanya pergi ke perpustakaan.
Sementara itu cuaca yang memang sejak pagi mendung mulai gerimis. Sudah hapal dengan kebiasaan motor sohibnya yang biasa macet bila kehujanan, Jon Koplo clingak clinguk mencari Lady Cempluk tapi yang dicari-cari seperti hilang di telan bumi saja. Akhirnya Jon Koplo memutuskan untuk menuntuk pletuk Lady Cempluk ke tempat parkir yang lebih dekat, yaitu di belakang gedung kampus. Ndilalahnya begitu balik dari tempat parkir dosen yang ditunggu-tunggu Jon Koplo datang, Jon Koplo buru-buru menyusul sang dosen ke kantor sehingga lupa memberitahu Lady Cempluk kalau plethuk bebeknya ia tuntun ke bagian belakang kampus.
Bisa ditebak, selang beberapa menit kemudian Lady Cempluk yang keluar dari perpustakaan bersama-sama Tom gembus njenggirat, bagaimana tidak njondil plus kaget kalau dia saat itu tidak lagi menjumpai plethuknya di tempat semula. “Mbus, plethukku ilang..” Lady cempluk berteriak sambil gidro-gidro. Meski selama ini Lady Cempluk terlihat tidak open terhadap sepeda motornya, nyatanya dia merasa sangat kehilangan. Bisa dikatakan sikap dia terhadap plethuknya adalah tego lrone ra tego patine. Gembus pun spontan lari ke tempat sepeda motor itu di parkir dan juga ke parkiran depan, jelas saja nihil. Dia tidak menemukan motor plethuknya Lady cempluk disana.
Meskipun belum pernah memakainya, tapi siapa sih yang tidak tau motor kesayangan Lady Cempluk itu. Begitu sepeda motornya tidak juga terlihat di parkiran lady cempluk pun nggeblag, semaput. Seketika itu juga kampus yang biasanya adem ayem menjadi gempar. Berita raibnya pletuk Lady Cempluk yang di susul dengan peristiwa mbanyak’i si empunya langsung tersebar . Di halaman depanpun langsung banyak orang berkerumun.
Jon Koplo yang baru keluar daeri ruang dosen terheran-heran melihat kerumunan dan mendekatlah dia.
‘Wes to pluk nggak usah nggugug gitu’ dalam kerumunan itu ternyata Tom gembus lagi sibuk ngeneng-eneng lady cempluk.
‘Ono opo to Mbus?’ Tanya Jon Koplo
‘Duh ketiwasan Plo plethuke Lady cempluk ilang di embat maling’ jawab Tom gembus.
‘He..tenane lho mbus?! Padahal tadi sudah saya amankan lho, sengaja aku pindah di parkiran mburi kampus sana biar nggak kehujanan. Lha wong Lady Cempluk itu juga semborono mosok parkir kok di depan, itu klan namanya nyenengke maling to Mbus’
Mendengar maknyak Lady Cemplu langsung bangkit, tanpa ba bi bu ia langsung ngomeli Jon Koplo. Jon Koplo pun langsung pucat pasi tapi keringatnya gembrobyos
‘Dasar Koplo gendeng, edan ra nggenah marai wong semaput wae’ ujar gembus spontan.
Spontan pula orang-orang yang masih berkerumun disana tertawa bersama.
‘Owalah Plo.. Plo karepe nulung malah marakke klenger’
Komentar
Posting Komentar